Jumat, 18 Juni 2010

BAHASA ARAB_Spesifikasi Materi Pendidikan Bahasa Arab*

1. Identifikasi Materi
Pendidikan Bahasa Arab itu menjadikan bahasa Arab sebagai materi atau bahan pembelajaran. Sarana yang diperlukan sebagai bantuan dalam proses pembelajaran bahasa Arab bermacam-macam, setidak-tidaknya terdiri dari buku teks bacaan berbahasa Arab dan daftar kosa-kata bahasa Arab. Sarana lainnya berupa gambar-gambar atau benda-benda lainnya serta panduan untuk pembelajarannya berupa silabus. Secara umum materi pendidikan bahasa Arab itu terdiri dari segala macam sarana dan prasarana yang diperlukan dalam proses pembelajarannya. Dalam pengertian yang fokus maka materi pembelajaran bahasa Arab itu sebetulnya ada dalam buku pelajaran bahasa Arab.
Pada dasarnya materi yang dipelajari dalam pendidikan bahasa hanya ada dua, yaitu kosa kata dan aturan mempergunakannya. Aturan pemakaian kosa kata dikenal dengan tata bahasa. Tata bahasa itu sendiri juga sama dengan kosa kata yang sudah “given”. Artinya, dalam tata bahasa dikenal juga pengecualian-pengecualian atau ketentuan mutlak yang tidak perlu dilogikakan atau dicari kaedah-kaeadahnya, tetapi cukup diikuti saja seperti mengahafal kosa kata yang tidak perlu diketahui mengapa kosa kata itu demikian adanya. Aturan pemakaian kosa kata demikian ini biasa disebut dengan idiomatik.
Materi gramatika bahasa Arab umumnya dibagi dua yaitu sharaf dan nahwu. Sharaf memberikan aturan pemakaian masing-masing kata dari segi bentuknya yang dikenal juga dengan morfologi. Dengan kata lain bahwa sharaf memberikan aturan pemakaian dan pembentukan kata-kata sebelum digabung atau dirangkai dengan kata-kata yang lain. Sedangkan nahwu memuat aturan mulai dari penggabungan masing-masing kata sehingga menjadi suatu susunan tertentu (tarkib) sampai dengan aturan penggabungan kata-kata itu menjadi suatu kalimat yang memberikan suatu pengertian utuh.
Kosa kata dan tata bahasa ini berkembang mengikuti perkembangan pemakainya. Perkembangan kosa kata yang cepat mudah diikuti dan dikuasai oleh siapa saja yang aktif mengikuti perkembangannya. Sedangkan perkembangan tata bahasa sering kali terlambat sehingga aturan-aturan yang ada kadang-kadang masih memakai aturan konvensional yang sebetulnya sudah tidak cocok dipakai untuk memahami struktur kalimat-kalimat atau idiomatik-idiomatik tertentu. Misalnya, terhadap struktur ta'ajjub atau keheranan diberlakukan analisis kalimat sederhana yakni mubtada’ dan khobar, maka pemahamannya menjadi tidak lagi sesuai dengan maksud ungkapan yang berarti ta'ajjub atau keheranan. Perumpamaan seperti ini perlu diuraikan secara rinci pada bagian tersendiri.
Dalam prakteknya, materi pelajaran itu perlu dipersiapkan dengan baik oleh para pendidik yang berpengalaman. Penyiapan materi pembelajaran berorientasi pada metode bagaimana caranya supaya bahasa Arab itu dapat dikuasai oleh pelajar sehingga dapat dipergunakan dengan mudah dan terampil. Orientasi penyiapan materi pelajaran bahasa Arab ada pada proses dimilikinya keterampilan berbahasa dengan cara yang mudah.
Penyiapan komponen materi ini masih tetap membutuhkan penyajian yang memadahi. Artinya, proses pembelajaran bahasa menuntut adanya aktifitas berbahasa, yang intinya adalah bersuara, bukan hanya mendengar atau mengerjakan tugas-tugas tertulis. Itulah sebabnya tulisan dalam buku-buku bahan pelajaran bahasa Arab itu hanya sekedar sebagai pengarah yang semuanya menuntut untuk dikomunikasikan dengan lisan. Di sini seorang pendidik bahasa Arab dituntut untuk menyiapkan agar para 'pelajar' aktif berkomunikasi dalam bahasa Arab. Salah satu misal wujud penyiapan materi pelajaran oleh seorang pendidik bahasa Arab adalah dengan selalu memberikan bahan yang banyak untuk latihan secara lisan, agar bisa mengantarkan pada tecapainya keterampilan menyimak dan berbicara.
Sampai disini dapat diketahui bahwa materi pembelajaran bahasa Arab adalah ucapan-ucapan berbahasa Arab itu sendiri, serta cara-cara mengungkapkannya. Adapun perihal sarana dan prasarananya, maka hal itu hanyalah sebagai pendukung agar pembelajaran bahasa bisa berlangsung efisien. Ini perlu diketahui agar upaya untuk memenuhi kebutuhan utama dalam pembelajaran bahasa bisa tepat sasaran. Sangat naif sekali bila pemenuhan laboratorium bahasa serta ruangan belajar yang ber-AC diutamakan, sementara aktifitas berbahasa tidak berlangsung dengan aktif, karena yang terjadi sering kali hanya latihan listening comprehension yang serba pasif.
Perlu diketahui bahwa kegiatan komunikasi yang riel adalah dengan suara alami tanpa alat-alat bantu elektronik. Karena itu bukan termasuk ketinggalan zaman bila pembelajaran bahasa Arab itu tidak mempergunakan seperangkat fasilitas laboratorium bahasa yang mungkin tidak sepadan antara manfaat dan harganya. Jadi tiadanya seperangkat alat-alat laboratorium bahasa tidak layak menjadi alasan kegagalan pembelajaran bahasa Arab, karena materi pembelajaran bahasa Arab itu bukan laboratorium bahasa, tetapi kosa kata bahasa Arab dan aturan pemakaiannya yang secara alami diucapkan dengan lisan.

2. Tata Urut Materi
Ada dua jenis materi pelajaran bahasa Arab yang dipersiapkan untuk diajarkan, yakni kosa kata dan aturan pemakaiannya. Pembelajaran kosa kata berkaitan langsung dengan pokok pembicaraan, misalnya percakapan di kantor, di stasion, di bandar udara, atau pembahasan tentang rekreasi, olah raga, dan tentang topik-topik ringan lainnya. Adapun aturan-aturan pemakaian kosa kata tersebut maka pembelajarannya berkaitan dengan pokok bahasan yang ada dalam gramatika. Namun dewasa ini proses pembelajaran bahasa Arab dilaksanakan dengan all in one system sehingga gramatika bahasa Arab diajarkan berkaitan dengan kosa kata yang sedang diajarkan melalui pembicaraan-pembicaraan atau teks yang lengkap. Tidak lagi ada topik bacaan khusus berurutan yang disesuaikan dengan topik-topik kajian gramatika yang disusun dalam buku-buku gramatika bahasa Arab.
Dalam tradisi lama yang masih dipertahankan, mata pelajaran gramatika bahasa Arab, ilmu nahwu dan sharaf, diajarkan secara terpisah bahkan dianggap sebagai kunci untuk menguasai bahasa Arab. Kegiatan untuk memahami dan bahkan menghafal kaedah-kaedah dalam ilmu nahwu dan sharaf dianjurkan untuk didahulukan sebelum yang lainnya. Biasanya anjuran demikian ditekankan dengan alasan bahwa mempelajari nahwu itu yang perdana karena tanpa pemahaman nahwu suatu kalimat tidak bisa dipahami. Konkretnya dinyatakan demikian ( Syaraf ad-Din Yahya al-Imrithi: t.t, 3):
وَ النَحْوُ أوْلَى أوَّلا أنْ يُعْلَمَا إذِ الكَلامُ دُوْنَهُ لَنْ يُفْهَمَا
Dalam kasus ini ditemukan bahwa urutan topik bahasan dalam ilmu nahwu berbeda-beda antara satu buku dengan yang lainnya. Tentunya perbedaan urutan itu sudah menjadi ijtihad dari penulisnya bahwa yang didahulukan itu dipandang sebagai topik yang mudah untuk dipelajari dan dipahami, sedangkan yang diletakkan di akhir dianggap sebgai topik yang paling sukar. Akan tetapi tenyata urutan topik bahasan dalam ilmu nahwu itu berdasarkan pada kelompok kesamaan i'rab. Misalnya yang didahulukan adalah kelompok marfu'at, kemudian mansubat, kelompok majrurat, dan yang terakhir adalah kelompok majzumat.
Sebagaimana kita ketahui bahwa pada umumnya topik materi dalam buku-buku gramatika bahasa Arab belum ditata-urut berdasarkan pada kemudahan pemahaman dan frekwensi pemakaiannya, sehingga kajian maf'ul ma'ah yang tidak pernah dipergunakan dalam komunikasi, termasuk dalam buku-buku berbahasa Arab itu sendiri, pembahasannya diletakkan lebih dulu dari pada kajian Harf Jir yang sering dan senantiasa dipergunakan sejak dari awal pembelajaran bahasa Arab.
Kebiasaan seperti tersebut di atas tidak sesuai dengan prinsip pembelajaran bahasa, karena mendahulukan pengajaran gramatika sebelum kosa kata secukupnya dikuasai dan materi gramatika yang diajarkan tidak dirancang dengan tertib. Akibatnya tidaklah mengherankan bila hasil pembelajaran tidak kunjung datang. Ilustrasi tersebut di atas menunjukkan betapa pentingnya penataurutan topik materi pembelajaran bahasa Arab.
Tata urut materi pembelajaran bahasa Arab adalah urutan materi pelajaran yang logis berdasarkan tingkat kesulitannya, dari yang konkret kepada yang abstrak, dari yang sederhana kepada yang lebih kompleks, dan dari yang mudah kepada yang sukar (Abd. Rachman Shaleh: 1988, 10) Penataurutan materi pelajaran bahasa umumnya diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan, yakni tingkat dasar, menengah dan tingkat tinggi. Tiga tingkatan ini bermula dari penjenjangan proses pembelajaran bahasa yang dikenal dalam bahasa Inggeris dengan tingkat elementary, intermediate dan advance.
Penataurutan materi pembelajaran bahasa Arab didasarkan pada tiga tingkatan yang dinyatakan dengan mustawa. Mustawa itu terdiri dari:
1. Al-Mustawa li al-Ibtida’iyah,
2. Al-Mustawa li al-Tsanawiyah atau al-Mutawassithah,
3. Al-Mustawa li al-‘Aliyah atau al-Mutaqaddimah.
Pada masing-masing tingkatan yang mencakup beberapa kelompok materi pembelajaran juga ditata urut secara logis. Dengan tata urut yang logis niscaya materi pembelajaran menjadi sederhana dan mudah dipelajari oleh para pelajar. Proses pembelajaran menjadi lancar serta dapat diketahui perkembangan dan tingkatan kemampuan penguasaannya.
Perbedaan tata urut masing-masing materi dalam buku pelajaran bahasa tidak mutlak. Artinya, boleh jadi tingkat kesulitan suatu topik bahasannya sama. Demikian juga untuk proses pembelajaran bahasa tentu saja mengikuti teori pembelajaran bahasa, karena prinsip umum pembelajaran masing-masing bahasa sama, khususnya dalam jenis materi yang harus diajarkan lebih dulu, misalnya kosa kata harus dimiliki lebih dulu sebelum mempelajari suatu kalimat yang komplek, dan penyimakan pasti lebih dulu diajarkan dari pada pembicaraan, karena seseorang pasti mengerti lebih dulu melalui penyimakan, baru kemudian mengucapkannya.
Pengenalan terhadap kosa kata juga dimulai dengan hal, barang dan perkakas yang biasa dilihat pelajar tiap hari atau pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh pelajar, umpamanya duduk, berdiri, makan, minum dan sebagainya (Mahmud Junus: 1979, 22). Setelah pelajar pandai bercakap-cakap sederhana diberikanlah keterangan kaedah-kaedah nahwu dan sharaf, mana-mana yang perlu dan penting. Maka dalam pelajaran bahasa Arab, gramatika itu belum dipentingkan pada tingkat yang pertama (Mahmud Junus: 1979, 24). Materi tata bahasa ini juga diajarkan bertahap, mulai dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling komplek seperti berbagai bentuk idiomatik atau susunan yang paling jarang dipergunakan.
Dua jenis materi yang dipelajari dalam bahasa Arab, yakni kosa kata dan tata bahasanya tidak diajarkan secara keseluruhan. Ada seleksi supaya proses pembelajaran bahasa Arab berlangsung dengan tahapan-tahapan tertentu sehingga efektif dan efisien. Karena itu materi pertama, yakni kosa kata dipersiapkan dengan berorientasi pada frekuensi pemakaian dan disesuaikan dengan lingkungan pelajar. Kata yang sering dipergunakan pada tataran tertentu dipersiapkan lebih dulu sehingga pelajar dapat cepat mengenal dan menghafalnya, misalnya perihal perkakas alat tulis atau alat-alat perkantoran bila pelajar berasal dari ligkungan perkantoran, atau alat-alat pertanian bila pelajar banyak yang berasal dari daerah pertanian dan sebagainya.
Adapun materi kedua, yakni tata bahasanya, dipersiapkan dengan cara mengikuti perkembangan pemakaian kata-kata yang sedang diajarkan. Dalam hal idiomatik, maka cukup diajarkan sebagaimana mengajarkan kosa kata, yakni dihafal saja dan tidak perlu diperbincangkan panjang lebar. Persiapan bahannya disesuaikan sebagaimana mempersiapkan kosa-kata dengan banyak latihan untuk model idiomatik tersebut.
Pada kelompok tingkat tinggi (advance), maka materi yang disajikan adalah materi yang jarang dipergunakan dan yang memiliki kekomplekan dalam pemahamannya dengan struktur yang jarang dipakai. Pokok bahasan yang diajarkan pada tingkat ini utamanya adalah mengenai perkembangan kosa kata yang baru serta kaedah pemakaiannya. Dengan demikian pembicaraan tentang bahasa Arab atau kajian mendetil tentang bahasa Arab diterapkan setelah selesai pelajaran bahasa Arab tingkat menengah.
Boleh jadi ada yang mengatakan bahwa belajar bahasa itu bu-kan membicarakan tentang bahasa, tetapi tidak ada salahnya dan justru akan lebih baik dan lebih tinggi tingkatan kemampuan bahasa seseorang bila pembicaraan tentang bahasa Arab itu juga dengan berbahasa Arab. Karena itu materi pendidikan bahasa Arab pada tingkat tinggi bisa juga berupa kajian tentang bahasa Arab semisal fiqh al-Lughah dan sebagainya, yang semuanya itu dibahas dengan berbahasa Arab.

3. Kriteria Penataurutan Materi
Sangat diperlukan kesesuaian jenjang pendidikan bahasa Arab dengan materinya. Pada taraf pemula diperlukan materi yang benar-benar materi dasar, dan seterusnya sampai pada tingkat tinggi (المتقدمين, Advance). Penataurutan materi bukan didasarkan pada ada atau tidak adanya harakat, yang selama ini masih dianggap bahwa tulisan gundul itu lebih sulit dipahami maksudnya dari pada tulisan yang sempurna, sehingga yang berharakat diajarkan di tingkat dasar dan yang gundul diajarkan di tingkat tinggi.
Dalam kenyataannya bisa saja tulisan gundul itu hanya berkait-an dengan hal-hal yang sederhana dan sering diketahui, seperti kalimat demikian: (هذا كتاب ), sehingga mudah dipahami, sementara tulisan yang sempurna itu bisa saja berkaitan dengan hal-hal yang jarang dipergunakan dan sukar dipahami, misalnya mengenai teknologi tingkat tinggi. Jadi penataurutan materi berorientsi pada taraf kesulitan serta frekwensi pemakaiannya. Makin sulit materi pelajaran itu makin akhir pula urutan pembelajarannya. Demikian juga makin sering kosa kata dan struktur suatu kalimat digunakan makin awal pula urutan dalam pembelajarannya.
Materi yang mudah dan sederhana dalam bahasa Arab, bagi native speaker, belum tentu mudah atau sederhana bagi non-Arab. Mengadopsi tata urut materi pelajaran dari suatu bahasa asing meskipun sudah dikenal baik dan handal, belum tentu bisa diterapkan juga untuk pembelajaran bahasa Arab secara tertib. Penerjemahan buku-buku pelajaran bahsa asing, misalnya bahasa Inggris, tidak secara otomatis bisa dengan baik diterapkan dalam bahasa Arab. Kalau buku-buku pelajaran bahasa asing (selain bahasa Arab) dipakai sekedar sebagai bandingan saja dapatlah diterima sebagai penunjang pemahaman, tidak dipakai sebagai bahan pelajaran bahasa Arab.
Tuntutan gradasi materi pembelajaran ini disesuaikan juga dengan kondisi dan kultur atau juga lokasi pembelajaran. Karena itu penyediaan buku-buku atau bahan ajar tidaklah cukup hanya dengan ‘mencomot’ dari buku-buku paket yang disusun dari negara-negara Arab di Timur Tengah. Contoh-contoh bahasa Arab yang disajikan untuk pelajar Indonesia disesuaikan dengan kultur setempat. Kosa kata serta struktur kalimat yang biasa dipakai di Indonesia sangat efektif dan mudah dicerna. Ini bukan berarti mengubah struktur bahasa Arab menjadi struktur bahasa Indonesia. Struktur kalimat bahasa Arab tetap struktur bahasa Arab, hanya saja struktur tersebut diajarkan lebih dulu.
Adapun alasan mendahulukannya adalah karena bentuk kalimat bahasa Indonesia yang sepadan dengan struktur tersebut sering dipakai pelajar di Indonesia. Sebaliknya struktur kalimat bahasa Arab yang jarang bahkan hampir tidak pernah dipakai dalam bahasa Indonesia, misalnya saja maf'ul ma'ah, maf'ul muhtlak, tamyiz, dan munada murokhhom, maka diletakkan di akhir program atau di tingkat tinggi. Jadi materi pembelajaran bahasa Arab yang biasanya ditetapkan sebagai buku paket bagi pelajar Indonesia perlu disesuaikan dengan kultur Indonesia.
Dalam prinsip kebiasaan umum bahwa belajar bahasa juga harus menguasai kulturnya. Bila prinsip ini diterapkan serta merta tanpa adanya tinjauan secara kritis, maka akan bisa menimbulkan problem. Ini salah satu problem pembelajaran bahasa Arab yang dikeluhkan oleh para guru dan pengamat pendidikan bahasa Arab. Pemahaman bahasa asing berkaitan dengan kulturnya baru ada gunanya kalau sudah berada pada tingkat tinggi, yang biasanya berkaitan dengan kesusasteraan. Oleh karena itu mengkait-kaitkan kultur pada saat belajar bahasa asing hanya akan menyulitkan bagi para pemula. Ini merupakan gambaran adanya penyusunan buku-buku paket pelajaran bahasa Arab yang tidak sesuai dengan gradasi yang dibutuhkan bagi kultur pelajar Indonesia.
Di samping itu buku-buku teks atau bacaan masih banyak yang disusun berdasarkan pengelompokan materi gramatika, misalnya kelompok mar'fu'at, kemudian kelompok mansubat, kemudian kelompok majrurat dan terakhir kelompok majzumat, sehingga struktur yang sukar dan jarang dipergunakan bisa berada lebih dulu dari pada struktur yang mudah. Ini menimbulkan kesulitan tersen-diri bagi pelajar non-Arab.
Dari gambaran tersebut di atas maka penyusunan gradasi materi perlu disesuaikan dengan kultur bahasa para pelajar. Penentuan gradasi ini akan lebih tepat bila penyusunnya berasal dari kultur pelajar sendiri. Ini memberikan tantangan dan sekaligus peluang bagi para peneliti, pengamat, guru dan dosen bahasa Arab di Indonesia untuk mengabdikan dirinya dalam menyusun buku-buku yang berkultur Indonesia, mulai tingkat dasar sampai tingkat tinggi, berdasarkan taraf kesulitan dan frekwensi pemakaiannya.
*Saidun Fiddaroini, Strategi Pengembangan Pendidikan Bahasa Arab (Surabaya: Jauhar, 48-57)
______________________
Kepustakaan
Syaraf ad-Din Yahya al-Imrithi, Taqrirat Nadhm al-'Imrithi (t.k. Dar al Hikmah, t.t).
Abd. Rachman Shaleh, Sistem Pengajaran Bahasa Arab di Lembaga Pendidikan Formal, dalam Mimbar Ulama (Jakarta: Edisi Maret No. 127 Th. XII, 1988)..
Mahmud Junus, Metodik Khusus Bahasa Arab (Bahasa Al-Quran) (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1979).

2 komentar:

  1. asw. pak...sy mahasiswa bahasa arab dri stain pontianak...agak kesulitan cari referensi untuk skripsi...kira2 ada srn t4? syukron.ws

    BalasHapus
  2. pak..jk ada waktu tlg dibalas ke email sya, pak...sy ingn benar mempelajari bbahasa arab
    fitry.anni@yahoo.co.id.
    slm takzim to Guru Saidun

    BalasHapus

Semoga Anda berkenan