Jumat, 04 Juni 2010

BAHASA ARAB_Prospek Bahasa Arab*

Prospek bahasa Arab di Nusantara ini tidak jauh berbeda dari realitas bahasa Arab sekarang. Realitas bahasa Arab tidak lepas dari semangat para pemakainya serta perkembangan sosial keagamaan dewasa ini. Demikian ini karena salah satu motif kuat untuk belajar bahasa Arab sampai sekarang adalah faktor agama meski dalam taraf belajar yang pasif dan memprihatinkan.
Semangat untuk mengembangkan bahasa Arab bisa muncul karena keadaan yang melatarbelakangi bahasa Arab sekarang ini. Ada hal-hal yang dipandang positif bagi pengembangan bahasa Arab, yang dinyatakan oleh Zaini Dahlan sebagai faktor yang dapat menyebabkan bahasa Arab menjadi bahasa yang akan sangat dibutuhkan dan akan semakin semarak dalam pembelajarannya di Nusantara ini. Faktor-faktor yang dimaksud itu adalah(Zaini Dahlan: 1989, 2-4):
1. Quran (masih) sangat berpengaruh terhadap kebudayaan bangsa di masa yang akan datang, mengingat bangsa Indonesia mayoritas beragama Islam dengan kitab suci Qur'an yang berbahasa Arab.
2. Faktor agama yang sumbernya dalam kitab-kitab bahasa Arab, termasuk keharusan berbahasa Arab ketika shalat, maka pendidikan tidak akan bisa lepas dari kebutuhan terhadap bahasa Arab.
3. Besarnya pengaruh bahasa Arab terhadap bahasa Indonesia, serta dibukanya kajian bahasa Arab di Universitas-universitas untuk memperdalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu yang mana banyak masukan dari bahasa Arab.
4. Bahasa Arab sudah menjadi bahasa Internasional dan akan bisa memasyarakat mengingat sudah menjadi bahasa antar bangsa sejak keluar dari Jazirah Arab beserta perluasan agama Islam.
5. Adanya keinginan banyak cendekiawan muslim untuk kebangkitan umat Islam di masa mendatang yang tentunya memerlukan bahasa Arab sebagai alat untuk pendalaman akan kajian pada sumber aslinya.
Di samping lima faktor tersebut di atas masih ada faktor lainnya yang dikemukakan oleh Moh. Ghufron Zainal Alim sebagai faktor yang memungkinkan terjadinya pengembangan bahasa Arab, yaitu:
1. Elastisitas penggunaan bahasa Arab untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Meluasnya penggunaan huruf Arab di sementara negara-negara Islam non-Arab.
3. Banyaknya kaum muslimin yang sedikit banyak telah mengetahui bahasa Arab. (Moh. Ghufron Zainal Alim: 1990, 42)
Meramal keadaan bahasa Arab di Nusantara ini tidak seperti menghitung secara eksakta, yang 'mesti' tepatnya. Hal ini mengingat keadaan sosial keagamaan sangat menentukan juga. Oleh ka-rena itu prediksi keadaan bahasa Arab akan lebih tepat bila diikuti dengan upaya-upaya yang konkret, bukan hanya dengan berpangku tangan menunggu apa yang akan terjadi. Berbagai langkah yang dapat memberikan semangat belajar bahasa Arab secara aktif perlu diciptakan kondisinya, seperti yang diusulkan oleh Moh. Ghufron Zainal Alim, yaitu:
1. Perlu adanya pusat-pusat kebudayaan Arab di Negara-negara Islam yang berfungsi menyelenggarakan pengajaran bahasa Arab dengan lengkap sarana dan prasarananya.
2. Perlu adanya pengiriman tenaga-tenaga ahli ke negara-negara Islam non-Arab untuk membantu penyelenggraan pengajaran bahasa Arab.
3. Penyelenggaraan temu ilmiah hendaknya diperioritaskan di negara Islam non-Arab dengan meletakkan bahasa Arab sebagai bahasa alternatifnya.
4. Perlunya pembenahan sistem dan metode pengajara bahasa Arab untuk bahasa fusha.
5. Pemancar-pemancar yang berbahasa Arab hendaknya mam-pu manjangkau negara-negara Islam (Moh. Ghufron Zainal Alim: 1990, 42)
Semangat belajar bahasa Arab yang selama ini motif utamanya terfokus pada faktor agama perlu ditunjang dengan langkah-langkah konkret lainnya. Sebagai analog dan bahan pemikiran perlu dijawab dulu pertanyaan mengapa bahasa Arab tidak bisa memasyarakat. Setelah terjawab dengan tepat pertanyaan “mengapa” tersebut di atas maka barulah berusaha untuk menjawab dengan tepat pertanyaan bagaimana menjadikan bahasa Arab memasyarakat. Acuan analisis singkat ini dikemukakan disini karena selama ini sudah banyak upaya-upaya pemasyarakatan bahasa Arab yang tidak efektif dan tidak efisien, karena tidak berdasarkan pada realitas yang diperlukan dalam memasyarakatkan bahasa Arab. Perlu direnungkan: Apakah masih saja ada keinginan agar bahasa Arab dipakai ketika masih berada di 'pondok' lalu tidak dipakai lagi setelah keluar dari 'pondok'?
Masyarakat yang akan datang adalah masyarakat maju, tidak hidup dalam nuansa 'pondok'. Sudah banyak keluhan tokoh agama tentang situasi yang nonagamis yang mengikis semangat belajar bahasa Arab. Kembali perlu dipahami bahwa motif agama yang tidak direkayasa justru menjadi kendala pengembangan bahasa Arab. Daya kreatif pemasyarakatan bahasa Arab, melalui proses pembelajarannya, mutlak perlu ditingkatkan di samping introspeksi terus-menerus terhadap proses pembelajaran yang telah ada. Ini semua tergantung pada upaya kreatif pengembangan bahasa Arab sekarang ini.
Sudah kelihatan jelas bahwa harapan tinggal harapan bila tidak ada aksi untuk mewujudkannya. Penyusunan buku ini dimaksudkan untuk dapat memberikan jalan keluar yang efektif dan efisien. bagaimana merealisasikan harapan tersebut. Gambaran penemuan jalan keluar tersebut dimulai dengan menjawab pertanyaan mengapa suatu bahasa dinyatakan memasyarakat, misalnya bahasa Indonesia. Jawabannya sudah jelas, yaitu karena dipakai baik secara lisan maupun tulisan. Alasan memakainya bukan karena agama, tetapi karena kebutuhan, keterpaksaan, dan kebiasaan. Oleh karena itu bagaimana sekarang bahasa Arab itu dipakai secara otomatis? Bukan karena agama, tetapi karena memang harus dipakai sebagai suatu kebutuhan, terpaksa, dan akhirnya pasti terbiasa.
*Saidun Fiddaroini, Strategi Pengembangan Pendidikan Bahasa Arab (Surabaya: Jauhar, 2006), 16-19.
_______________________
Kepustakaan
Zaini Dahlan, Prospek Bahasa Arab di Indonesia, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga,1989), 2-4
Moh. Ghufron Zainal Alim, Bahasa Arab sebagai Alternatif Bahasa Komunikasi Antar Umat Islam, dalam Qimah (Surabaya: Fakultas Adab, Edisi III/1990, 15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Semoga Anda berkenan