Sabtu, 29 Mei 2010

BAHASA ARAB_Melahirkan Daya Tarik Bahasa Arab*

Banyak informasi tentang keindahan bahasa Arab. Informasi demikian termuat dalam literatur ilmu-ilmu bahasa Arab, seperti Ilmu Balaghah, Fiqh al-Lughah, dan teks-teks kesusasteraan Arab. Kajian tentang keindahan bahasa Arab tersebut merupakan isyarat bahwa bahasa Arab memiliki daya tarik.
Sampai sejauh ini keindahan bahasa Arab tidak dapat diketahui dengan mudah. Ilmu Balaghoh, Fiqh al-Lughoh, dan teks-teks kesusasteraan Arab tidak diajarkan di tingkat dasar dan menengah. Itu sebabnya para pemula yang sedang belajar bahasa Arab umumnya bukan karena daya tarik bahasa Arab, tetapi karena motif lainnya. Banyak pelajar yang terpaksa mempelajari bahasa Arab hanya karena kewajiban untuk memenuhi aturan formal, seperti adanya jam pelajaran bahasa Arab pada sebuah lembaga pendidikan yang bukan khusus untuk jurusan bahasa Arab. Bila kondisi pembelajaran bahasa Arab demikian maka sangat sukar menjadikan bahasa Arab sebagai mata pelajaran yang menarik dan menyenangkan.
Daya tarik bahasa Arab tidak hanya tersimpan di dalam Ilmu Balaghoh, Fiqh al-Lughoh atau di dalam teks-teks kesusasteraan Arab. Keindahan bahasa Arab bukan hanya ada pada aspek balaghiyahnya yang banyak berkaitan dengan makna. Keindahan bahasa Arab itu dapat dirasakan tanpa harus memaksakan diri untuk mempelajari ilmu-ilmu bahasa Arab lebih dulu dalam waktu yang cukup lama. Bahasa adalah bunyi kata yang keluar dari mulut atau daerah artikulasi seorang manusia (Saidun Fiddaroini: 1998, 4). Sebuah kata itu mengandung makna. Ketika bahasa itu dilafalkan maka bunyi bahasa itu dapat didengar, sedangkan maknaknya belum tentu dapat dipahami. Ketika Quran yang berbahasa Arab itu dikumandangkan secara tartil, merdu dengan nada yang indah, ada juga yang tertarik meskipun tidak memahami artinya. Tidak sedikit orang tertarik dengan suara adzan padahal tidak mengerti artinya. Bunyi bahasa Arab itu sendiri sudah dapat dinikmati. Ini juga termasuk daya tarik bahasa Arab.
Melahirkan daya tarik bahasa Arab bisa dimulai dari segi bunyinya. Pengenalan bahasa pada mulanya melalui pendengaran atau penyimakan. Ini bisa menjadi isyarat bahwa proses pengenalan bahasa Arab, melalui penyimakan, perlu dipersiapkan agar tampil menarik. Artinya, daya tarik bahasa Arab dari segi bunyinya bisa menimbulkan minat untuk mempelajarinya dan dapat dirasakan keindahannya oleh para pemula melalui penyimakan. Ini modal awal untuk menciptakan proses belajar-mengajar bahasa Arab menjadi kegiatan yang menarik.
Pengenalan bahasa Arab pada umumnya berlangsung melalui proses pembelajaran bahasa Arab itu sendiri. Proses pembelajaran inilah yang menjadi kunci utama untuk memunculkan daya tarik bahasa Arab. Untuk itu perlu mempersiapkan pengenalan bahasa Arab agar tampil begitu menarik. Persiapan demikian tidak bisa dengan 'bim salabim', tetapi dengan serius secara akademis, yaitu dengan mewujudkan prinsip-prinsip berdasarkan hasil kajian ilmiah untuk panduan pembelajaran bahasa Arab. Prinsip pembelajaran demikian ini tidak bisa lahir dari subyektifitas yang dipaksakan dari masing-masing pengajar yang baru mencoba-coba berbagai metode pembelajaran bahasa Arab.
Melahirkan daya tarik dengan tujuan memasyarakatkan bahasa Arab perlu koreksi dan introspeksi oleh setiap pengajar. Pengajar hendaknya berusaha menghilangkan citra negatif terhadap bahasa Arab. Untuk itu para pengajar sebelum proses pembelajaran perlu mengadakan persiapan yang baik, lebih-lebih pada awal proses pengenalan bahasa Arab. Dengan demikian para pelajar pemula diharapkan sudah tertarik pada bahasa Arab sejak awal belajarnya. Selanjutnya dengan rasa tertarik tersebut, proses pembelajaran akan berlangsung dengan efektif. Mereka belajar karena daya tarik bahasa Arab itu sendiri, yang awalnya dari mendengarkan ucapan berbahasa Arab dengan bunyi dan aksen yang enak didengar.
Di samping itu, daya tarik bahasa biasanya ada pada tampilan fisik pemakainya. Banyak pelajar yang mempelajari suatu bahasa karena tertarik pada penampilan pemakainya. Ini mengisyaratkan agar para pengajar senantiasa dalam penampilan yang simpatik dan dapat dibanggakan. Dalam hal penyampaian materi pembelajaran, tentu saja seorang pengajar dituntut untuk selalu tampil meyakinkan. Dua hal ini, tampilan fisik dan kompetensi seorang pengajar bahasa Arab tidak kalah menariknya dibandingkan dengan daya tarik yang ada pada bahasa Arab itu sendiri, baik dari segi bunyi lafalnya maupun dari segi balaghiyahnya.
Daya tarik bahasa Arab, yang ada pada keindahan bunyi, yang ada pada tampilan fisik pengajarnya, dan yang ada pada kompetensi pengajarnya, hendaknya dimunculkan dalam setiap proses pembelajaran bahasa Arab. Ini disarankan agar pendidikan bahasa Arab dapat berkembang dengan baik. Kalau para pengajarnya sendiri tidak dapat melahirkan daya tarik bahasa Arab, maka sangat mungkin minat para pelajar untuk belajar bahasa Arab juga tidak ada. Jika demikian faktanya, maka tidak ada lagi yang bisa diharapkan dari proses pembelajaran bahasa Arab kecuali kesan-kesan negatif terhadap bahasa Arab.
Selanjutnya, para pengajar bahasa Arab perlu senantiasa berusaha menggali daya tarik bahasa Arab dari segala seginya. Boleh jadi daya tarik yang sangat kuat itu adalah bila bahasa Arab sudah menjadi bahasa yang menjanjikan secara material. Kreativitas untuk menjadikan bahasa Arab demikian menjanjikan sangatlah dibutuhkan. Wacana ini baru merupakan stimulan. Dari wacana ini diharapkan ada respon yang realistis dari para aktivis pendidikan bahasa Arab.
*)Saidun Fiddaroini, Strategi Pengembangan Pendidikan Bahasa Arab (Surabaya: Jauhar, 2006),1-3.
_______________________
Kepustakaan
- Saidun Fiddaroini, Bahasa dan Sastra dalam Penelitian (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 1998), 4