Soal Ujian Nasional yang dibagikan kepada siswa SMA dan SMP tahun
2013 ini tidak satu macam. Macam soal sampai 20 paket. Katanya, tujuannya
adalah supaya siswa tidak bisa kerja sama saling menyontoh ketika menjawab soal.
Teman saya mengatakan justru tujuannya adalah supaya gurunya jujur. Jujur
maksudnya tidak dapat memberikan jawaban kepada siswa secara massal. Kalau memang
demikian maka tepatnya dinyatakan bahwa Ujian Nasional tahun ini adalah Ujian
Guru Nasional.
Bisa jadi ada oknum guru yang berhasil memberikan jawaban
untuk masing-masing paket soal dan bisa memberikan jawaban kepada siswa dengan
caranya yang khusus. Keberhasilan oknum guru itu adalah kegagalan Ujian
Nasional. Ada dua kegagalan Ujian Nasional. Kegagalan yang pertama adalah tidak
bisa mengetahui kualitas siswa yang sesungguhnya karena jawabannya itu bukan
dari siswa sendiri, dan kegagalan yang kedua adalah terjadinya pelanggaran
aturan dengan terang-terangan di depan mata siswa yang dilakukan oleh para
oknum kepada para siswa yang sedang ujian.
Dalam diskusi muncul pertanyaan: “Mengapa para oknum berbuat
curang pada waktu Ujian Nasional?” Jawabannya memprihatinkan. Mula-mula
alasannya adalah menjaga nama baik sekolah, kemudian takut sekolahnya nanti
tidak laku kalau banyak yang tidak lulus, dan seterusnya takut tidak ada income
karena tidak ada siswa baru yang daftar di sekolahnya atau ringkasnya adalah takut
rezekinya berkurang. Kalau ditarik garis lurus maka sebenarnya perbuatan curang
para oknum itu tujuannya adalah supaya rezekinya tidak berkurang. Padahal
mereka tahu bahwa yang memberi rezeki itu adalah Tuhan, bukan kecurangannya itu.
Mereka tahu tetapi belum yakin. Ini disebabkan
lemahnya iman.
Di mata siswa yang bodoh yang mau menerima jawaban maka para
oknum itu adalah pahlawan, meskipun tidak jelas sebenarnya pahlawan apa. Di
mata siswa yang pintar, jujur dan tidak mau menerima jawaban dari oknum itu maka
para oknum itu kelihatan seperti terkena virus yang melumpuhkan iman dalam
hatinya. Virus ini lebih berbahaya akibatnya dari pada penundaan waktu ujian karena
virus ini menyerang mental, sementara penundaan waktu hanya masalah teknis
saja.
Para pendidik mesti berharap agar oknum guru itu
hanya sedikit, jumlahnya kurang dari tiga. Kalau jumlah oknum itu lebih dari
tiga dan disebut dengan gerombolan para oknum namun tetap saja para pendidik mesti
konsisten dan tidak ikut-ikutan melumpuhkan imannya sendiri. Masalahnya mau ikut-ikutan
pada oknum yang banyak dengan rezeki lewat jalan curang atau mau konsisten
jujur dengan rezeki banyak yang berkah. Semoga
iman para pendidik makin kokoh dan diikuti oleh para siswa yang pintar dan
jujur. (Mindi, 21 april 2013)
Assalam Ust. Saidun.
BalasHapusMental Murid sekarang lebih tegar dari Mental Guru (SD/SMP/SMA sederajat). Di jaman saya, dulu yang takut tidak lulus itu Murid (dan guru), namun sekarang sepertinya yang takut tidak lulus itu hanya Guru, sedangkan Muridnya santai2 aja tinggal nunggu duduk manis. ehehe. CMIIW